Kamis, 12 Agustus 2010

Sekolahnya LINGKUNGAN KEHIDUPAN yang INKLUSI

Sekolah adalah suatu tempat dimana anak-anak kita dapat bercengkrama belajar dan bermain dalam lingkungannya. Lingkungan adalah salah satu faktor yang dapat membentuk karakter dan perilaku serta kemampuan anak. Kehidupan itu adalah merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT pada setiap insan di jagat raya ini. Maka Sekolahnya Lingkungan Kehidupan adalah dimana anak dapat belajar dengan konsep yang sesungguhnya. Dimana kita berada di suatu tempat, disitulah kita belajar. Disitulah kita berperilaku sebagai murid yang baik. Dengan demikian mungkin ada banyak gunanya bila kita dapat membayangkan terus-menerus kehidupan itu seperti sekolah. Ini yang saya pelajari salah satu Sekolah Kehidupan yang ada di Indonesia serta dari tulisan Gede Prama dalam tulisan "Naik Kelas Setiap Hari"

Dalam tulisan tersebut Beliau bercermin pada banyaknya PR yang sering kita tidak kerjakan sehingga kita kehilangan kesempatan untuk naik kelas dalam kehidupan. Sebab hidup tidak terlepas dari persoalan, tantangan, dan godaan. Pada saat mereka datang, itu berarti masa ulangan menjelang kenaikan kelas atau kelulusan akan datang. Ini berarti di balik kesulitan, bersembunyi kemungkinan untuk naik kelas yang lebih tinggi.

Untuk dapat naik kelas, sebagaimana dalam sekolah formal, berarti kita harus belajar dan dapat lulus ujian dari materi yang telah dipelajari. Dalam kehidupan juga ujian dan cobaan datang terus menerus. Bila tahap awal kehidupan kita digendong ibu, selanjutnya kita dari tidur, belajar tengkurap. Lulus. Habis tengkurap kita belajar untuk duduk. Lulus. Dari duduk, kita belajar berdiri. Lulus. Selanjutnya belajar berjalan, belajar naik sepeda, belajar mengendarai motor, mengendarai mobil. Belajar, ujian, dan kemudian lulus. Namun bila diperhatkan sejalan dengan waktu terjadi peningkatan materi pelajaran, dan kualitas ujian juga semakin berat. Ini baru dalam rangka pelajaran "ilmu gerakan dan perpindahan tubuh". Belum lagi pelajaran "ilmu makan dan cara memamah", mulai dari minum ASI, minum susu dengan dot, makan bubur dengan disuapin, mulai makan nasi dengan cara mengunyah, makan dengan tangan, dan akhirnya makan dengan sendok. Kehidupan menuntut perubahan dari waktu ke waktu. Dinamis dan teratur. Sama juga dalam pendidikan, semua terjadi peningkatan mutu. Mulai dari TK, SD, SMP, SMU, dan universitas.

Sekolahnya lingkungan kehidupan yang Inklusi tentunya dapat menyesuaikan dengan tingkat kemampuan anak dan anak dapat leluasa belajar dari lingkungan dan kehidupan dimana menurut mereka nyaman, karena nantinya pada akhirnya anak-anak kita akan kembali ke lingkungan kehidupannya masing-masing. Oleh karena itu tidak ada kata tidak lulus dan sudah pasti setipa hariny mereka belajar terus untuk dapat/mampu dari tadinya yang tidak mampu menuju optimalisasi.

Ini menandakan bahwa kita dapat belajar dari mereka. Kalau tidak belajar atau tidak serius dalam menghadapi ujian maka tidak akan lulus. Sama artinya dalam kehidupan sebenarnya bahwa kita dapat bejar dari kesalahan orang lain. Menurut Jennie S. Bev, kita dapat mempelajari kesalahan-kesalahan dan kegagalan orang lain, sehingga kita dapat memetik sebagai keuntungngan untuk tidak mengulanginya. Selain dari itu, kualitas hidup kita akan jauh lebih meningkat dengan cara belajar dari lingkungan sekitar tanpa henti. Karena setiap saat indera kita bekerja, maka kita sebenarnya sedang belajar di sekolah kehidupan.

Di keluarga, di masyarakat, di sekolah, di kantor adalah sebagian besar tempat kita hidup dan belajar. Dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Tetapi jangan lupa, semua tempat tadi merupakan sebagian kecil dari alam semesta, yang terdiri dari bumi dan langit beserta isinya. Tercipta dan dicipta dalam keselarasan dan keseimbangan, serta teratur. Konsep kehidupan tidak hanya terpaku untuk yang dicipta, tetapi juga harus mengikutkan Sang Pencipta. Di sinilah sekolah kehidupan mengajarkan kita tentang arti keberadaan dan tujuan hakiki tentang kehidupan itu sendiri. Sadar atau tidak kita akan mengakui bahwa alam semesta inilah yang sebenarnya sebagai induk semua sekolah, sekolah yang universal. Tak akan terbantahkan.

Hidup adalah suatu rangkaian proses yang berulang. Dari satu generasi ke generasi, mulai dari terciptanya dunia, serta Adam dan Hawa. Selama dunia belum kiamat, maka sekolahnya lingkungan kehidupan akan tetap ada. Tinggal kita saja yang harus menentukan. Ingin memanfaatkannya atau tidak.

2 komentar: