Selasa, 17 Agustus 2010

BODILY/KINESTHETIC (Cerdas Tubuh/Body smart)

Anak belajar melalui interaksi dengan satu lingkungan tertentu. Kecerdasan ini tidak sepenuhnya bisa dianggap sebagai cerminan dari anak yang terlihat “sangat aktif”. Bentuk kecerdasan ini lebih nyaman berada di lingkungan dimana ia bisa memahami sesuatu lewat pengalaman nyata yang ia lihat dan ia rasakan. Lebih dominan seringnya berexplor dengan lingkungan yang memicu untuk terus bergerak karena keinginan taunya “tinggi”.
Kecerdasan tubuh yang dimiliki anak sebenarnya terdapat potensi yang dapat dikembangkan menuju lebih optimal, hubungan dengan kemampuan ranah Kognitif, Afektif dan sosial itu sendiri akan memicu pada arah optimalisasi hanya membutuhkan proses dan waktu. Sangat jelas anak seperti ini lebih unggul dalam bergerak dibanding teman sebayanya dan jika kita bisa memanfaatkan keunggulannya ini akan membentuk anak lebih unggul lagi dan bersaing dengan beberapa anak-anak yang berprestasi dalam bidang gerak yang terarah.
Era sekarang tidak selalu mengedepankan kecerdasan dalam intelektual (cognitive) saja akan tetapi sudah saatnya mengangkat juga keberbakatan, karena keberbakatan yang dimiliki anak akan memicu pada kemampuan kecerdasan anak juga.
Di Amerika pada th 1980 s/d 1986 pemenang lari tercepat anak/remaja 100m dunia diraih oleh Anak Penyandang Autis. Di Australia seorang pemimpin Marcing Band di pimpin oleh seorang anak yang memiliki karakter “sangat aktif” karena kesenangannya melempar maka di arahkan pada bagai mana memainkan tongkat.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita sebenarnya yakin akan potensi anak kita dapat dikembangkan. Pengakuan dan keyakinan akan membuka peluang anak lebih peka, yakin dan percaya diri karena faktor psikologis ternyata anak-anak kita kepekaannya lebih tajam dibanding kita yang hanya dapat memperhatikannya...
Bagai mana cara membentuk potensi yang memang sudah terdapat pada kemampuan cerdas tubuh pada anak kita :

1.Komunikasi yang sifatnya memberikan motivasi lebih di banyak dilakukan di lingkungan rumah.
2.Libatkan sekolah untuk lebih menunjang kecerdasannya, misalnya ikut sertakan dalam kegiatan Ekstrakurikuler sekolah bidang olah raga tentunya.
3.Orang tua dituntut kooperatif dengan lingkungan yang terdekat dengan anak (selain sekolah).
4.Agenda latihan yang jelas dan konsisten
5.Buatlah rubrik perkembangan proritas gerak anak dan diskusikan dengan tenaga ahlinya.
6.jangan lupa reward dan punishman harus seimbang.

Keyakinan kita memicu anak lebih percaya diri dan terpola. Interaksi yang ia alami dengan lingkungannya setiap waktu akan dijadikan perbendaharan ilmunya. Oleh karena itu janganlah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan ini ketika anak kita membutuhkan lebih banyak perbendaharaan ilmunya.


Cilegon 18 Agustus 2010
Suhendar
Orthopedagog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar