Selasa, 24 Agustus 2010

Orthopedagogik Umum I (satu)

Oleh,..
Suhendar S.Pd



Ortopedagogik dan pendidikan luar biasa tentunya memiliki perbedaan dan persamaan, namun pada prinsipnya keduanya tidak jauh berbeda. Bahkan dalam hal-hal tertentu memiliki banyak persamaan.
Sebelum dibahas tentang persamaan dan perbedaan antara Ortopedagogik dan Pendidikan Luar Biasa, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian dari masing-masing istilah tersebut.

A. Ortopedagogik

Secara etimologis Ortopedagogik berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari tiga buah kata, yaitu pertama kata orto, yang berasal dari kata orthos yang berarti lurus, baik, atau sehat. Kata kedua peda yang berasal dari kata paeda yang berarti anak; dan yang ketiga agogik yang berasal dari kata agogos yang berarti pendidikan. Jadi, ortopedagogik dapat diratikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas pendidikan yang diberikan untuk membantu pendidikan anak luar biasa.
Ortopedagogik meliputi berbagai hal di antaranya:
1. Pemahaman anak luar biasa termasuk jenis-jenisnya.
2. Sebab-sebab keluarbiasaan
3. Ortopedagogik sebagai ilmu
4. Landasan dan tujuan
5. Pengembangan instruksional

Lebih jauh akan dijelaskan secara ringkas dari masing-masing cakupan:
1. Pemahaman Anak Luar Biasa
a. Istilah

Banyak terdapat istilah untuk menyatakan bahwa seseorang adalah luar biasa. Secara umum istilah tersebut misalnya anak cacat, anak abnormal, anak berke-kurangan, dan anak khusus. Anak luar biasa mencakup anak-anak yang kehilangan atau mengalami penurunan fungsi organ, yang mengalami masalah belajar atau masalah tingkah laku, dan yang mempunyai keistimewaan intelek. Bedanya dari anak normal ialah mereka untuk memenuhi kebutuhannya memerlukan pendidikan luar biasa yang terprogram secara perorangan.
Istilah-istilah di atas memiliki kaitan dengan istilah-istilah disability, impairment, handicap, dan at risk, yaitu:
1) disability: menurunnya fungsi atau hilangnya salah satu organ. Kalau tidak mengakibatkan permasalahan, disability tidak disebut handicap.
2) impairment: sinonim dengan disability
3) handicap: disability yang mengakibatkan masalah dalam interaksi dengan lingkungan; istilah ini tidak mencakup yang gifted dan yang berbakat.
4) at risk: kemungkinan akan menjadi handicap.


b. Jenis-jenis anak luar biasa.

Penggolongan anak luar biasa didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1) kelainan fisik, yang terdiri dari:
a) Kelainan penglihatan (tunanera)
b) Kelainan pendengaran/bicara(tunarungu wicara)
c) Cacat tubuh (tuna daksa)

2) Kelainan mental, yang terdiri dari:
a) Golongan cerdas
b) Golongan terbelakang mental (tuna grahita)

3) Kelainan sosial, yang biasa disebut tuna laras

3. Ortopedagogik sebagai ilmu

Ortopedagogik dapat disebut sebagai ilmu yang berdiri sendiri, karena telah memenuhi syarat-syarat suatu disiplin ilmu, yakni obyek materil, obyek formal, dan metoda sendiri.
Obyek materil Ortopedagogik memiliki: tujuan pendidikan, proses pendidikan, materi pelajaran dengan metode penyampaiannya, anak didik, hubungan pendidikan dengan anakdidik, dan sebagainya.
Obyek formal Ortopedagogik yaitu anak luar biasa, yang memiliki kelainan atau masalah sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus.
Metode Ortopedagogik menjamin sampainya hak pendidikan kepada pemiliknya yaitu anak luar biasa.

4. Landasan dan tujuan

Landasan Ortopedagogik
Ortopedagogik memiliki landasan sebagai berikut:
a. Landasan sebagai alasan dapatnya ortopedagogik dibangun terdapat pada diri anak didik yang mempunyai kelainan atau anak didik luar biasa. Seperti halnya anak normal, anak luar biasa merupakan homo educandum dan homo educabilis (manusia bersifat mendidik dan manusia bersifat dapat dididik).

b. Landasan sebagai alasan perlunya ada ortopedagogik, termasuk di dalamnya:
1) Landasan agama dan perikemanusiaan
2) Landasan Pancasila
3) Landasan hukum positif
4) Landasan sosial ekonomi
5) Martabat bangsa.

c. Landasan sebagai cara mengamalkan ortopedagogik meliputi perbedaan individual, persamaan dengan anak normal, keterampilan praktis, rasional dan wajar.

Tujuan Ortopedagogik
Ortopedagogik bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan seperti halnya tujuan pendidikan biasa, namun sudah barang tentu dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan kemampuan anak-anak luar biasa. Tujuan yang berada di luar kemampuan anak tidak perlu disampaikan. Di lain pihak tujuan yang bagi anak normal merupakan hal yang biasa dan tidak memerlukan perhatian khusus, dalam ortopedagogik mungkn mendapat penekanan khusus.


5. Pengembangan instruksional

Terdapat tiga komponen dalam pendidikan guna mencapai hasil yang optimal, yakni: tujuan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tujuan dapat berupa tujuan akhir pendidikan, tujuan sementara, tujuan institusional, tujuan kelas, tujuan sementara, tujuan harian. Tujuan ortopedagogik disesuaikan dengan kemampuan anak didik dalam hal perhatian, kemampuan, dan juga kebutuhannya. Selain itu juga diperhatikan hal-hal yang akan turut mempengaruhi keberhasilan pendidikan seperti keadaan ruangan, alat pelajaran dan sebagainya.




DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. Mohamad, Kelembagaan Satuan Pendidikan Luar Biasa, (Makalah) Seminar Nasional Pengembangan PLB Di Indonesia, Himpunan Sarjana Pendidikan Luar Biasa, Bandung, 1992.
Casmini, Mimin, Ortopedagogik Umum, Diktat Kuliah, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pedidikan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, Bandung, 1990.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Identifikasi dan Evaluasi Anak Luar Biasa (Edisi ke-2), Proyek Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Jakarta, 1992.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Praktis Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa Bagian A / Tunanetra, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Dasar, Proyek Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Jakarta, 1985/1986.
Heward, L.M. dan Orlansky, M.D. Exceptional Children: An Introductory Survey of Special Education. Columbus, Merrill, 1980.
Kirk, Samuel A. Dan Gallagher, James J., Educating Exceptional Children, Edisi ke-4, Houghton Mifflin Company, London, 1983.
Makmun, Abin Syamsudin, Pedoman Studi Psikologi Kependidikan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, Bandung, 1982.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar